PENDAHULUAN
Salah satu jenis ikan yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan adalah
jenis ikan kerapu tikus (Cromileptes altivalis) karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi dengan harga Rp.100.000,- - Rp.150.000,- per
kilogram bagi ikan kerapu tikus hidup berukuran di atas 300 gram di
tingkat pedagang pengumpul.
LOKASI
Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu
memegang peranan yang sangat penting. Permilihan lokasi yang tepat akan
mendukung kesinambungan usaha dan target produksi. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk budidaya ikan kerapu ini
adalah faktor resiko seperti keadaan angin dan gelombang, kedalaman
perairan, bebas dari bahan pencemar, tidak mengganggu alur pelayaran;
faktor kenyamanan seperti dekat dengan prasarana perhubungan darat,
pelelangan ikan (sumber pakan), dan pemasok sarana Dan prasarana yang
diperlukan (listrik, telpon), dan faktor hidrografi seperti selain harus
jernih, bebas dari bahan pencemaran dan bebas dari arus balik, Dan
perairannya harus memiliki sifat fisik dan kimia tertentu (kadar garam,
oksigen terlarut).
ANALISIS PRODUKSI
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang,
di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan
karnivora yang tergolong kurang aktif ini relatif mudah dibudidayakan,
karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan
akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil
penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha
yang masih sangat terbuka luas.
Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan di Kabupaten Kupang ini disarankan jenis ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.
Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan di Kabupaten Kupang ini disarankan jenis ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.
Penyebaran dan Habitat
Daerah penyebaran kerapu tikus di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik
Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan
Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu
indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki
perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan
kerapunya sangat besar.Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda
hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m,
selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara
7 – 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda
dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus
muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak
ditumbuhi padang lamun.Parameter-parameter ekonlogis yang cocok untuk
pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 24 – 310C, salinitas
antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH antara
7,8 – 8. Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di
perairan terumbu karang.
Proses Budidaya Ikan Kerapu
Budidaya ikan kerapu
tikus ini, dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen atau pun dengan
menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Untuk keperluan studi ini,
dipilih budidaya dengan menggunakan KJA. Budidaya ikan kerapu dalam KJA
akan berhasil dengan baik (tumbuh cepat Dan kelangsungan hidup tinggi)
apabila pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran benih yang
ditebar dan kepadatan tebaran sesuai.
Pemilihan Benih
Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas
penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang
tidakberaturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap,
respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan
sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.
Penebaran Benih
Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu panda
kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
adaptasi ini, adalah :
- waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh)
- sifat kanibalisme yang cenderung meningkat panda kepadatan yang tinggi
- aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun
dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon
berukuran 1,5x3x3 m dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian,
dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran
jaringnya tetap, hanya kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai
ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan
ke jaring besar ukuran 3x3x3 m dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk
kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran
konsumsi (500 gram).
Pakan dan Pemberiannya
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan
kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus
benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan
dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin,
sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan
pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai
kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10% dari total berat badan
per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan
alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan
tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat
diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat
diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat
dicampur dengan ikan rucah. Produk NASA yang dapat digunakan adalah Viterna dan POC NASA, kedua produk ini dicampur terlebih dahulu menjadi satu.
Dosis : 1 tutup botol campuran dari 2 produk NASA tersebut dicampurkan pada 1 liter air, kemudian disemprotkan atau direndam pada 5 kg pelet atau pakan ikan kerapu lainnya. Selanjutnya dikeringanginkan secukupnya sekitar 15 menit, kemudian baru pakan atau pelet ditebar di kolam. Pemberian 1 - 2 kali per hari pemberian pada pagi atau sore hari.
Hama dan Penyakit
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah :- penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm
- penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis
- penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis
- penyakit akibat serangan bakteri
- penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).
Panen dan Penanganan Pasca Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan udanntuk menjaga kualitas ikan
kerapu yang dibudidayakan dengan KJA, antara lain : penentuan waktu
panen, peralatan panen, teknik panen, serta penanganan pasca panen. Watu
panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super
biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai
nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari
sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen. Peralatan yang
digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat
tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi. Teknik pemanenan
yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA dengan metoda
panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap
ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar
terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan
secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat
besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di
tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan
tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu
pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka
digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu
angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau
fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 2/3 bagian
wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama
perjalanan yaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi.
Kepadatan ikan sekitar 50kg/wadah.Cara pengangkutan yang umum digunakan
adalah dengan pengangkutan tertutup Dan umumnya untuk pengangkutan
dengan pesawat udara. Untuk itu, 1 kemasan untuk 1 ekor ikan dengan
berat rata-rata 500 gam.
Konstruksi Keramba Jaring Apung
a. Pembuatan Rakit Keramba
1. Rakit
Rakit dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi anti
karat. Ukuran bingkai rakit biasanya 6 x 6 m atau 8 x 8 m.
2. Pelampung
Untuk mengapungkan satu unit rakit, diperlukan pelampung yang berasal
dari bahan drum bekas atau drum plastik bervolume 200 liter, styreofoam
da drum fiber glass. Kebutuhan pelampung untuk satu unit rakit ukuran
6x6 m yang dibagi 4 bagian diperlukan 8-9 buah pelampung dan 12 buah
pelampung untuk rakit berukuran 8x8 m.
3. Pengikat
Bahan pengikat rakit bambu dapat digunakan kawat berdiameter 4-5 mm atau tali plastik polyetheline. Rakit yang terbuat dari kayu dan besi, pengikatannya menggunakan baut. Untuk mengikat pelampung ke bingkai rakit digunakan tali PE berdiameter 4-6 mm.
4. Jangkar
Untuk menahan rakit agar tidak terbawa arus air, digunakan jangkar yang terbuat dari besi atau semen blok. Berat dan bentuk jangkar disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Kebutuhan jangkar per unit keramba minimal 4 buah dengan berat 25 - 50 kg yang peletakannya dibuat sedemikian rupa sehingga rakit tetap pada posisinya. Tali jangkar yang digunakan adalah tali plastik/PE berdiameter 0,5 – 1,0 inchi dengan panjang minimal 2 kali kedalaman perairan.
3. Pengikat
Bahan pengikat rakit bambu dapat digunakan kawat berdiameter 4-5 mm atau tali plastik polyetheline. Rakit yang terbuat dari kayu dan besi, pengikatannya menggunakan baut. Untuk mengikat pelampung ke bingkai rakit digunakan tali PE berdiameter 4-6 mm.
4. Jangkar
Untuk menahan rakit agar tidak terbawa arus air, digunakan jangkar yang terbuat dari besi atau semen blok. Berat dan bentuk jangkar disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Kebutuhan jangkar per unit keramba minimal 4 buah dengan berat 25 - 50 kg yang peletakannya dibuat sedemikian rupa sehingga rakit tetap pada posisinya. Tali jangkar yang digunakan adalah tali plastik/PE berdiameter 0,5 – 1,0 inchi dengan panjang minimal 2 kali kedalaman perairan.
b. Pembuatan Jaring
1. Jaring
Kantong jaring yang dipergunakan dalam usaha budidaya ikan kerapu, sebaiknya terdiri dari dua bagian, yaitu :
(a) Kantong jaring luar yang berfungsi sebagai pelindung ikan dari seranganikan-ikan buas dan hewan air lainnya. Ukuran kantong dan lebar mata jaring untuk kantong jaring luar lenih besar dari kantong jaring dalam
(b) Kantong jaring dalam, yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ikan. Ukurannya bervariasi dengan pertimbangan banyaknya ikan yang dipelihara dan kemudahan dalam penanganan dan perawatannya.
(a) Kantong jaring luar yang berfungsi sebagai pelindung ikan dari seranganikan-ikan buas dan hewan air lainnya. Ukuran kantong dan lebar mata jaring untuk kantong jaring luar lenih besar dari kantong jaring dalam
(b) Kantong jaring dalam, yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ikan. Ukurannya bervariasi dengan pertimbangan banyaknya ikan yang dipelihara dan kemudahan dalam penanganan dan perawatannya.
2. Pemberat
Pemberat berfungsi untuk menahan arus dan menjaga jaring agar tetap
simetris. Pemberat yang terbuat dari batu, timah atau beton dengan berat
2 – 5 kg per buah, dipasang pada tiap-tiap sudut keramba/ jaring.
ANALISIS PASAR
Potensi dan peluang pasar hasil laut dan ikan cukup baik. Pada tahun
1994, impor dunia hasil perikanan sekitar 52,492 juta ton. Indonesia
termasuk peringkat ke-9 untuk ekspor ikan dunia.
Permintaan ikan panda tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 105 juta
ton.Di samping itu, peluang dan potensi pasar dalam negeri juga masih
baik. Total konsumsi ikan dalam negeri tahun 2001 sekitar 46 juta ton
dengan konsumsi rata-rata 21.71 kg/kepala/tahun. Dengan elastisitas
harga 1.06 berarti permintaan akan ikan tidak akan banyak berubah dengan
adanya perubahan harga ikan.Negara yang menjadi tujuan ekspor ikan
kerapu adalah Hongkong, Taiwan, Cina, dan Jepang.
Harga ikan kerapu di tingkat pembudidaya untuk tujuan ekspor telah
mencapai US$33 per kilogramnya. Ikan kerapu yang berukuran kecil (4-5
cm) sebagai ikan hias laku dijual dengan harga Rp.7.000/ekor sedang
untuk ikan konsumsi dengan ukuran 400-600 gram/ekor laku dijual dengan
harga Rp.70.000/kg untuk kerapu macan dan Rp.300.000/kg untuk kerapu
bebek atau kerapu tikus (harga tahun 2001). Dalam analisis ini, tingkat
harga jual digunakan harga pasaran saat ini yaitu sebesar Rp.317,000,-
per kilogram untuk jenis ikan kerapu tikus. Dengan tingginya permintaan
dan harga jual ikan kerapu, maka usaha budidaya ikan kerapu ini
diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkandevisa negara melalui hasil
ekspor.
Perkiraan Modal/Biaya Investasi dan Biaya Produksi
Untuk mendirikan usaha/proyek pengembangan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring ikat, dibutuhkan sejumlah dana untuk membiayai investasi dan modal kerja.Komponen biaya investasi ini, meliputi :
- Pembuatan rakit berukuran 8 x 8 m
- Pembuatan waring berukuran 1 x 1 x 1,5 m
- Pembuatan jaring ukuran 3 x 3 x 3 m
- Pembuatan rumah jaga
- Pengadaan sarana kerja
support by: Crystal X Asli, Crystal X Murah, Crystal X Nasa, Crystal X Asli Nasa, Cara Pemakaian Crystal X
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Budidaya Perikanan Nasa |
Info Perikanan Nasa
dengan judul Cara Budidaya Ikan Kerapu. Jika kamu suka, jangan lupa like dan bagikan keteman-temanmu ya... By : Distributor Nasa Resmi PT. Natural Nusantara N-227042
Ditulis oleh:
Unknown -